Jarum pendek jam tangan (analog) telah menunjuk angka 6, berpose sedemikian rupa dengan jarum panjang hingga membentuk satu garis (yang terlihat) lurus. Wajah-wajah dengan mata gelisah memandangi penanda waktu, tangan-tangan resah sesekali memegangi lambung yang berunjuk rasa dengan musik keroncong.
Begitulah gambaran akurat tanpa secuil pun dramatisasi adegan yang tampak di The First Floor Restaurant, Cowley Road, Oxford, di Jumat sore, 11 Desember 2015. Tempat di mana PPI Oxford menggelar hajat akhir tahun, menyambut Natal dan Tahun Baru: End of Year Dinner. Meskipun begitu, kegelisahan tak berlansung lama. Beberapa menit setelah start yang tertunda karena masalah teknis, perlombaan semua-bisa-kamu-makan (all-you-can-eat) pun bisa dimulai. Perlombaan antara kapasitas perut dan sales profit yang pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Cobb McDonald di tahun 1956 ini juga dikenal dengan nama canggih yang merupakan turunan dari kosakata Anglo-French: buffet.
Seketika wajah-wajah gelisah pun berganti menjadi wajah-wajah sumringah, penuh keyakinan mampu membuat sang pemilik restoran merugi, seperti yang terlihat di foto-foto berikut:
Setelah menyerah tak sanggup lagi menambah isi perut yang memang telah melebihi muatan, sang ketua panitia hajatan: Aishah Prastowo, mengaku bahwa dia telah menyiapkan sebuah bingkisan menarik bagi siapa pun yang beruntung. Sayangnya, tak ada persiapan untuk menentukan kriteria orang yang berhak menyandang gelar “beruntung” tersebut. Setelah musyawarah singkat dengan otak yang kekurangan asupan oksigen akibat darah yang berkumpul di organ pencernaan, maka disepakati untuk membuat sebuah kuis. Kuis yang bukan sembarang kuis. Kuis yang menambah wawasan Keindonesiaan: bergiliran menyebutkan satu provinsi di Indonesia berikut ibu kotanya, tanpa mengulangi yang telah disebut sebelumnya.
Para peserta harus berpikir keras mengingat pemekaran provinsi di Indonesia cukup aktif terjadi ditunjang oleh persuasi dari bakal calon kepala daerah yang sangat bersemangat untuk menjabat. Di tengah gejala hipoksia ringan karena efek kekenyangan, para peserta masih tetap gigih untuk membawa pulang bingkisan istimewa. Ekspresi yang banyak kita temukan di wajah-wajah peserta suatu simposium setelah jeda makan siang, air muka seperti di foto-foto berikut:
Meskipun begitu, banyak hikmah yang diperoleh dari kuis ini. Seperti bahwasanya Maluku telah dipecah menjadi dua (di tahun 1999), serta Gorontalo berpisah dari Sulawesi Utara di tahun 2000, dan Riau dan Kepri adalah dua provinsi yang berbeda sejak 2002. Kuis pun bergeser menjadi bukan perlombaan, melainkan diskusi dengan semangat gotong-royong. Bagaimana pun juga, kita adalah orang Indonesia yang menyukai keselarasan, bukan memperuncing perbedaan.
34 provinsi berikut ibu kotanya telah terkompilasi di tissue restoran, demikian pula terpilih satu orang yang sedang beruntung (karena format kuis yang bergeser menjadi diskusi, sehingga pemenang ditentukan oleh keberuntungan dalam mekanisme roulette) yang berhak membungkus pulang bingkisan istimewa.
Seperti peribahasa dari Mesir kuno: Keberuntungan adalah kesialan yang bermanfaat. Semoga di sepanjang tahun 2015 ini, kita bisa mengambil manfaat dari setiap kesialan yang terjadi. Selamat Natal dan (menyambut) Tahun Baru!
Leave a Reply